Goresan hati Seorang GUru

Miris terkadang melihat oknum tenaga pendidik yang bergaya seperti bukan pendidik.Ketika masuk sekolah, sekedar mengisi absent lalu pulang atau duduk-duduk santai menonton televise di kantor jika dirinya seorang laki-laki merokok dan perempuan ngerumpi sedangkan murid-murid dibiarkan saja ribut dikelas.Seakan-akan mereka lupa terhadap kewajibabnya sebagai guru.Jika mereka harus mengajar,lebih parah lagi. Sudah menjadi lumrah setelah sepuluh menit bel berbunyi,baru mereka bergegas masuk ke kelas dan mengakhiri pembelajaran lima belas menit lebih awal dari bunyi bel.Beberapa dinasehat dari guru yang berumur seperti aku bahkan kepala sekolahpun seakan tidak mereka hiraukan.


Betapa terkejutnya diriku,saat kuselidiki tenaga pendidik yang masih muda dan bergaya seperti bukan tenaga pendidik .Rata—rata lulusan dari universitas terkemuka di provinsi ini.Tentu saja,mereka mendapat pendidikan yang lebih baik jika dibandingkan dengan tenaga pendidik dahulu termasuk aku.

Teringat kembali lembaran sejarah perjalanan kehidupanku yang melakoni profesi ini,yang harus berjibaku dengan waktu untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik,bahkan sebelumnya,aku hanyalah tamatan SMA yang mencoba mengabdikan ilmu yang kudapatkan kepada siswah .Dua puluh lima tahun yang lalu syukur Alhamdulillah aku diangkat menjadi Pegawai Negeri dan melanjutkan gelar serjana di sala satu universitas di provinsi ini,itupun aku dapatkan gelar tidaklah semudah saat ini,dahulu setelah mengajar,aku harus tujuh kali gonta-ganti naik angkot hanya untuk mendapatkan gelar serjana karena ditugaskan didaerah yang cukup terpecil di sala satu kabupaten di provinsi ini.Dengan semangat yang begitu bergelora akhirnya berhasil juga mendapatkan gelar tersebut. Ketika awal berkarier sebagi guru kedisiplinan,kejujuran,dan etika mendapatkan sorotan tajam dari pihak sekolah.Masih teringat ucapan dari Alm.Pak Ji kepala sekolah sewaktu awal aku menjadi abdi pemerintah dan bertugas sebagai guru‘’Jika guru tidak dapat memberikan tauladan kepada muridnya maka dirinya bukanlah guru tetapi dirinya hanyalah nyamuk yang berseragam layaknya seorang guru.Lihatlah nyamuk,suka di tempat kotor,dimana hinggap menebarkan penyakit dan menghisap darah merupakan kesukaanya’’.

Ucapan itu begitu membekas dihatiku sehingga sekuat mungkin aku tidak menjadi nyamuk berseragam guru.Jika diartikan secara harfiah maka sungguh tidak wajar guru bertindak ataupun berprilaku tidak sesuai dengan ketentuan karena mereka merupakan suri tauladan dari murid-murid yang mereka didik.Salah bertingkah maka akan menjadi bomerang bagi masyarkat seperti layaknya seekor nyamuk kemanapun pergi membawa derita,suka ditempat kotor,dimana hinggap akan menebarkan penyakit.Jika gurunya suka berbohong secara tidak langsung muridnya seperti itu,jika seorang guru kasar terhadap murid,maka murid akan bersikap seperti itu.Apalagi mereka mengajar murid-murid SD yang polos seakan seperti mengukir di atas batu yang membekas sepanjang kehidupan muridnya nanti.

Pilu dan sedih melihat tenaga pendidik yang kebanyakan lupa akan fungsi dan tugasnya,pernah suatu hari ketika usai pelajaran seorang siswa yang masih duduk dikelas III SD berkata jorok kepada temannya dan kebetulan aku mendengar ucapan siswa tersebut karena saat itu aku sedang keluar dari WC dan mereka baru masuk WC.Aku tidak habis pikir kok,masih beliah sudah berkata seperti layaknya orang dewasa ataupun suami istri.Aku tungguh mereka berdua keluar dari WC dan saat aku tanya dari mana mereka mendapatkan kata tersebut ternyata dari pengakuan wajah-wajah polos didepanku mereka mendapatkannya dari seorang guru yang baru bertugas di sekolah ini.Bahkan yang lebih membuat diriku semakin sedih ucapan tersebut sudah biasa diucapkan oleh kebanyakan siswa yang berada dikelasnya .

‘’Dari ibu xxx,kami dapek kato iko.Nyo la sering nian ngecek kato iko di kelas (Dari ibu xxx kami dapatkan kata ini.Ibu itu, sering sekali mengatakan kata ini di kelas )’’.Ucapnya dengan polos
Aku terdiam dan tidak habis piker dan teringat kembali ucapan Alm.Pak Ji dua puluh lima tahun silam ,bukan dinamakan guru kalau tidak dapat memberikan tauladan kepada muridnya tetapi dirinya hanyalah seekor nyamuk yang berseragam guru.

dikutip dari seorang teman

Komentar

  1. keluarga saya kebanyakan berprofesi guru, tapi saya walau ingin mengajar tidak tertarik menjadi guru, mungkin karena melihat contoh buruk di depan mata. malangnya anak-anak kita

    BalasHapus
  2. hehe, Apapun Profesi kita mas, akan lebih bijak untuk tetap mendidik seseorang sesuai dengan kadar ilmu yang kita miliki,
    terimakasih mas atas kunjungannya.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Catatan Pendidikan Indonesia

BElajar yang sesungguhnya

Ciri - Ciri Kedewasaan