Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

Goresan hati Seorang GUru

Miris terkadang melihat oknum tenaga pendidik yang bergaya seperti bukan pendidik.Ketika masuk sekolah, sekedar mengisi absent lalu pulang atau duduk-duduk santai menonton televise di kantor jika dirinya seorang laki-laki merokok dan perempuan ngerumpi sedangkan murid-murid dibiarkan saja ribut dikelas.Seakan-akan mereka lupa terhadap kewajibabnya sebagai guru.Jika mereka harus mengajar,lebih parah lagi. Sudah menjadi lumrah setelah sepuluh menit bel berbunyi,baru mereka bergegas masuk ke kelas dan mengakhiri pembelajaran lima belas menit lebih awal dari bunyi bel.Beberapa dinasehat dari guru yang berumur seperti aku bahkan kepala sekolahpun seakan tidak mereka hiraukan.

PAMERAN-PASAR BUKU, TOPANG BENGKULU KOTA PELAJAR

Hati siapa yang tidak resah, jika kebobrokan sistem birokrasi, Mental para aparatur negara semakin membuat masyarakat sengsara. kedzoliman dan kepentingan kelompok lebih diutamakan dibandingkan kepentingan masyarakat. Semboyan Bengkulu Kota Pelajar belum menampakkan kerja nyata dalam menstimulus kreatifitas anak bangsa. Pelajar, Mahasiswa, Guru, DOkter, dll keseulitan di dalam mencari buku. mahalnya harga buku pun menjadi alasam generasi muda untuk tidak membaca. atau bahkan mereka tidak tahu kenapa harus membaca. Karena sekolah memang tidak pernah memberikan alasan yang sangat penting kenapa kita harus membaca, menulis, dan berhitunng. yang menjadi tujuan hanyalah kepintaran. setelah mereka meraih gelar sarjana maka mereka pun sudah selesai belajar karena menganggap dirinya pintar.

Catatan Pendidikan Indonesia

Gambar
Isu-isu Sekulerisme hendaknya di sadari oleh para pihak pengambil kebijakan, Bahwa Pendidikan sekarang cenderung membentuk pribadi anak yang tidak lengkap, antara kebutuhan jasmani dan rohani. Cerdas secara Intelektual tetapi miskin kesadaran Nuraninya untuk Membangun Bangsa dan Agamanya. Pembelajaran yang diberikan, tidak dihubungkan dengan Kemahabesaran Sang Pencipta. tentu ini melenceng dari Tujuan dan Cita-cita Pendidikan di indonesia untuk Membentuk generasi yang Beriman dan Bertaqwa, berakhlaq Mulia, Bertanggungjawab..... saat ini sebenarnya kita telah kehilangan objek Pembelajaran yang sesungguhnya, dan Di dalam Ruang yang tersekat itupun Para Pengajar Belum memberikan pemahaman yang utuh mengenai Objek Pembelajara siswa atau mahasiswanya. selama ini, anggapan yang bersemi di hati mereka, Buku, Guru, DOsen, Ujian, Praktek, adalah Proses Pembelajaran. sehingga, Proses Belajar Berhenti ketika Mereka Keluar dari Kelas. Carut marut Kondisi bangsa ini, adalah gambaran tentang Pen

BElajar yang sesungguhnya

Bertahun-tahun Kita Belajar, tetapi pernahkah kita bertanya, sudah benarkah cara belajar saya? apa belajar yang sesungguhnya?? Kita semua pada hakikatnya adalah seorang pelajar, disadari maupun tidak. Mulai dari kecil kita telah menjadi seorang pembelajar sejati. Belajar mengenal bahasa ibu, dan mempraktekkannya; belajar mengenai gerakan, dan melakukannya; belajar mengenal alam, dan memakmurkannya; dan belajar-belajar yang lain. Ketika beranjak dewasa, kitapun terus belajar. Belajar mengenali perubahan fungsi dan tanggung jawab, dan belajar tuk menjadi seorang yang berkepribadian matang. Mengenali dan mempelajari perubahan fungsi dan tanggung jawab ketika beralih peran dari seorang pelajar ke seorang pekerja, dari seorang bujangan/gadis kepada seorang suami/isteri, dan belajar dari hanya seorang suami menjadi seorang suami plus ayah bagi anak-anak.